Selasa, 24 April 2012

Samakah Nyanyianku ?


Ku tuang
Cintaku yang menetes dari hati dan air mata
Terkumpul . . . Kujadikan tinta untuk menulis sajak ini
Berharap . . . Nanti kan menjadi sebait nyanyian atau berbait senandung
Yang takkan pernah usai. . . memuji dan menghiba . . .
. . . Sampai Kau ulurkan tangan cinta-Mu
Dan . . . kemudian, ku senandungkan . . .
Dengan rasa yang teriris . . .
Semua cinta dan rindu ku yang menganak sungai
Mengalir dari kaki gunung, kelembah-lembah
Melewati bebatuan, tumbuh-tumbuhan . . .
Mengerus tepian hati, berpelukan bergamot jemari
Menuju muara cinta, . . . Dalam nyanyianku ini
Agar ritme dan harmoninya melayani angin menuju . . .
Samudera kasih-Mu.
Namun . . .
Rindu, cinta yang mewujud dalam nyanyian yang senantiasa ku senandungkan . . .
Malah sering membuatku ragu, . . .
Apakah ia punya ritme yang sama ?
Apakah ia punya harmoni yang sama ?
Dengan nyanyian Abadi-Mu
(ataukah hanya jadi suara latar yang sumbang, dan bahkan mengganggu syahnya nyanyian-Mu)

0 komentar:

Posting Komentar

 
;