Minggu, 06 Januari 2013

Rabb, Jadikanlah Dia Milikku


Rabb, . . . rinduku kembali mengetuk-ngetuk pintu, padahal bunyi ketukan sebelumnya masih keras terdengar. Adakah kecepatan kelebatan rinduku ini lebih besar dari kecepatan cahaya ?
Beningnya adalah lukisan dari gambar yang sengaja ku cari, . . . heningnya adalah siraman yang kubutuhkan kala kemarau melanda seluruh diri, . . . indahnya membelai sanubari, riuh rendah semarakkan tanahku.
Rabb, . . . rindu ini terus menggebu, menanti tibanya waktu. Ketika aku boleh melihatnya tanpa bosan, ketika aku telah berhak untuk selalu menyertainya menemukan jawaban-jawaban atas berbagai pertanyaan. Pertanyaan-pertanyan tentang laut biru yang luas perkasa, tentang awan putih berarak di langit senja, tentang rindu di jiwa, tentang surga di ujung masa, dan tentang surga yang Engkau sisipkan di antara keringat dunia.
Adakah segera tiba waktu untukku ? Adakah  ia. . . Anisha  untukku ?
“Rasa” ini adalah dari-Mu untukku. Biarlah ia tumbuh seperti seharusnya, di sini, di kedalaman jiwa ini. Sejuk seperti pagi, jernih seperti embun di atas dedaunan yang lalu jatuh membasahi bumi, . . . ketika para penghuninya menyambut hari yang baru lagi, di bawah siraman cahaya mentari, di dekat tepi.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;